Rabu, 04 Agustus 2010

Struktur Organisasi

Penanggungjawab : Dra. Hj. Chuduriah Sahabuddin, M.Si
Penasehat : DR. H. A.Tenriningsih Pieter, M.Si.
Aliwardi, S.Ip, M.Si
Askarullah, S.S/Subaer Sunar, S.Si
Direktur Pelaksana : Dra. Sri Musdikawati, M.Si
Deputi Direktur : Ir. Marjani Alyah, M.Si
H. Basri AR, SE., Pg.Dip.Msy
Sekertaris : Ciptariang Sari, S.Kom
Wakil Sekertaris : Mutmainnah, S.Pdi, M.Pd
Bendahara : Fatimah, S.Pd
Devisi Kajian Kebijakan: Nurrahmah Tahanuddin, S.H, M.H
Hadawiah, S.E, M.Si
Mursida Kamil, SE
Divisi Pemberdayaan : Halimah,. S.Pd, M.Pd
Dra. Suhaebah Nur, M.Pd
Asmawati Lompi, S.Pd
Divisi Pengembangan Program : Rosmawati Tamin, S.Kom
Ir. Dahliah
Ir. Satriani
-Staf Pelaksana Harian :
Nurindah dewi, S.Pd
A. Akram, S.Pd
Misliah, S.Pd

Metode Pendekatan Program

1.Pendidikan dan Pelatihan.
2.Pengkajian dan Penelitian.
3.Publikasi media.
4.Pendampingan Terhadap kelompok sasaran program

Tujuan

Adapun tujuan didirikannya Lembaga ini adalah untuk :
1.Menjadikan PSW Siwaliparri sebagai Pusat promosi gender berbasis budaya lokal.
2.Menjadikan lembaga ini pusat Penelitian multidisiplin yang perspektif gender
3.Mengembangkan jejaring kerjasama dengan stakeholder dan menjadi lokomotif perubahan perempuan Sulbar.

Visi dan Misi

VISI : Menjadikan Perempuan Sulbar Unggul dalam Berpikir Terdepan dalam Bertindak.

MISI :
1.Memajukan Pendidikan Perempuan di Sulawesi selatan dan Sulawesi Barat.
2.Melakukan pengkajian dan penelitian tentang peningkatan kompetensi Perempuan, serta persoalan sosial yang terkait pada persolan perempuan.
3.Melakukan Kajian-kajian kebijakan Pemerintah yang Pro Perempuan.
4. Mensosialisasikan dan mempublikasikan pentingnya issu Keadilan dan Kesetaraan jender.

Sejarah Berdirinya

PSW Siwaliparri lahir dari keprihatinan akan tingginya angka kemiskinan dan putus sekolah terutama di kalangan perempuan. Selain itu organisasi ini diinisiasi untuk menjawab beberapa fakta persolanan kemasyarakatan khususnya persoalan ketidakadilan terhadap perempuan yang selama ini ‘tersumbat’ oleh pendiskriminasian dari berbagai pihak. Bahkan Menurut informasi terakhir angka putus sekolah di kalangan penduduk miskin sangat tinggi terutama pada pihak perempuan. Hal ini ditengarai karena kebijakan-kebijakan pemerintah, sistem dan APBD yang tidak berpihak pada gender, serta paradigma berpikir masyarakat yang selalu memposisikan perempuan pada posisi yang lemah, dan ini masih sangat mengakar.

Selain itu, ada kasus-kasus KDRT yang tidak terselesaiakan, bahkan di peti es kan, hal itu terjadi karena orang selalu menganggap bahwa persoalan keluarga adalah persoalan suami dan istri. Latar belakang budaya yang di salah artikan oleh masyarakat

Sesuai fakta yang dipaparkan di atas beberapa penggiat dan pemerhati masalah perempuan yaitu Dra. Hj. Chuduriah Sahabuddin, Dra. Sri Musdikawati, M.Si, dan Ir. Marjani Aliyah, M.P pada tanggal 7 Pebruari 2007, akhirnya sepakat untuk membangun sebuah wadah yang khusus menjadi mediator dialog berbagai issu-issu seputar masalah perempuan, dan pusat pengkajian dan penelitian masalah perempuan. Organisasi ini akan bekerja pada 2 wilayah propinsi yakni propinsi Sulawesi Selatan dan Propinsi Sulawesi Barat, meskipun ide tersebut baru bisa diwujudkan pada Januari 2010.

Kata siwaliparri sendiri berarti saling kuat menguatkan, atau bersama dalam suka dan duka. Konsep ini sesungguhnya begitu kuat mengakar di tanah Mandar di mana perempuan ikut berperan dalam menunjang peningkatan kesejahteraan dan ekonomi keluarga. Ikut membantu suami mencari nafkah dengan cara ketika suaminya melaut, maka mereka akan berada di lini terdepan untuk menjaga serta menopang kehidupan rumah tangga antara lain dengan menenun (manette) atau kegiatan perekonomian lainnya, ketika suami pulang ikut menjajakan ikannya dengan berkeliling kampung atau menjualnya di pasar.

Diharapkan semangat siwaliparri itu dapat dimaknai pada hakekat budaya yang sesungguhnya sehingga bisa mendasari dan memotivasi kalangan perempuan sulbar tetap eksis dan unggul dalam berpikir serta terdepan dalam bertindak, tanpa mengecilkan kehadiran mitranya, yaitu laki-laki.